Selama hampir satu bulan, dari akhir Juni hingga di penghujung bulan Juli, hujan tidak juga turun di desa Bawamataluwo, Nias. Setiap hari matahari selalu bersinar dengan terik, hal ini membuat para penerima manfaat modal usaha pertanian yang diberikan oleh Tim Kemanusiaan CBN di Desa Bawamataluwo harus mengalami kesulitan dalam mengelola pertanian. Tanaman yang sedang bertumbuh menjadi menguning dan terlihat kerdil, bibit baru tidak bisa ditanam karena kondisi tanah yang terlalu kering, bahkan bisa terancam akan gagal panen jika kondisinya terus berlanjut seperti ini.
Bapak Masobadodo Manao dan keempat rekan penerima manfaat lainnya merasa kondisi ini sangatlah berat. Tim Kemanusiaan CBN yang terdiri dari Kak Lisna (fasilitator Nias) dan Kak Ditus (koordinator lapangan) berkunjung ke lahan milik Bapak Masobadodo bersama dengan beberapa anak PAUD dan sanggar belajar anak SOL (School Of Life).
Anak-anak yang berkunjung turut merasa sedih melihat kondisi lahan pertanian milik Bapak Masobadodo. Kemudian, Kak Lisna dan Kak Ditus mengajak anak-anak untuk berdoa bersama-sama, satu tangan di atas tanah dan tangan yang lain ke atas, berdoa kepada Tuhan untuk kemurahan-Nya menurunkan hujan di desa Bawomataluo. Setelah selesai berdoa, anak-anak kembali ke kelas untuk belajar. Saat di kelas pun, anak-anak kembali berdoa syafaat dengan bersungguh-sungguh. Di dalam ruangan kelas mereka yang berukuran 3x3 m2, suara anak-anak berdoa seperti menggema memenuhi seisi ruangan.
"Di luar matahari masih bersinar sangat terik, sementara di samping saya ada anak bernama Vira (anak dari Bapak Masobadodo) yang berdoa dengan sungguh-sungguh. Tuhan Yesus, kasihani tumbuhan yang sudah ditanam orang tua kami dengan bersusah payah dan tanaman itu sangat butuh air untuk hidup. Saya percaya bahwa Tuhan akan menjawab doa kami,” ujar Kak Lisna.
Meski begitu ada juga anak yang tidak percaya dan berkata, “Sister, apa Tuhan bisa jawab doa kita ya? Tidak mungkin, karena tak ada tanda-tanda hujan saat ini.” Fasilitator pun menjawab, "Sepulang dari sini, doa lagi sendiri ya dan yakini bahwa besok akan hujan."
Keesokan harinya matahari masih bersinar terik di desa Bawomataluo. Tidak terbayang sama sekali bahwa di tengah hari langit akan berubah mendung dan hujan pun turun! Hujan berlangsung lama, anak-anak berteriak, “Terimakasih Tuhan Yesus. Akhirnya hujan turun.” Ada juga anak-anak yang lain sambil sahut-sahutan dalam bahasa Nias, “Bahe ndraugo, teu, boi lulu.” Artinya “Hujan, turunlah dengan deras, jangan tahan-tahan airmu.” Sambil mereka pulang kerumah mereka dari sekolah siang itu.
Hujan turun dan tidak hanya hari itu saja, berhari-hari setelahnya hujan tidak berhenti. Tuhan menjawab tepat pada waktu-Nya dan penyediaan Tuhan selalu cukup. Para penerima manfaat dapat kembali merawat tanaman, memupuki sampai akhirnya para penerima manfaat berhasil memanen kangkung, bayam, dan kacang panjang. Bukan itu saja, pengalaman ini menjadi pengalaman iman anak-anak bersama Tuhan. Tuhan menjawab doa anak-anak.